Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang pemerintah Indonesia mencapai Rp6.445,07 triliun per Maret 2021. Rasio utang setara 41,64 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Jumlah itu meningkat Rp84,05 triliun atau 1,32 persen dari Rp6.361,02 persen pada Februari 2021. Begitu juga secara persentasenya, naik dari sebelumnya 41,1 persen terhadap PDB.
Dari sisi persentase, rasio utang tersebut telah melewati batas yang selama ini berusaha dijaga pemerintah, yaitu 30 persen dari PDB. Namun, belum melewati batas Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu 60 persen dari PDB.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan jumlah utang tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tapi juga negara-negara lain di dunia di tengah pandemi covid-19.
“Hal ini disebabkan oleh kebutuhan belanja yang cukup besar terutama untuk memberikan stimulus pemulihan ekonomi dan penyediaan program vaksinasi gratis,” ujar Ani, sapaan akrabnya, di laporan APBN KiTa edisi April 2021, dikutip Rabu (28/4).
Kendati meningkat, Ani juga mengklaim bahwa defisit anggaran Indonesia sejatinya tetap menjadi salah satu yang terkecil dibanding beberapa negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan negara dengan ekonomi terbesar di forum G20.
“Namun demikian, peningkatan pembiayaan pemerintah tetap dilakukan menurut koridor yang berlaku,” imbuhnya.
Lebih lanjut, jumlah utang pemerintah terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp5.583,16 triliun atau setara 86,63 persen dari total utang. Sisanya berupa pinjaman Rp861,91 triliun.
SBN terbagi atas utang berdenominasi rupiah Rp4.311,57 triliun dan utang dalam valuta asing (valas) Rp1.271,59 triliun. Utang rupiah terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) Rp3.510,47 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Rp801,1 triliun.
Sementara, utang asing terbagi atas SUN Rp1.024,59 triliun dan SBSN Rp247 triliun. Sedangkan pinjaman terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp12,52 triliun dan pinjaman luar negeri Rp849,38 triliun.
Pinjaman luar negeri berasal dari bilateral Rp323,14 triliun, multilateral Rp482,02 triliun, dan commercial banks Rp44,23 triliun.
[Gambas:Video CNN]
(uli/bir)
Source
Comments