Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengharamkan bank-bank di AS membeli atau berpartisipasi dalam penjualan surat utang bank sentral Rusia.
Mengutip CNN Business, Minggu (18/4), Departemen Keuangan AS mengatakan larangan tersebut efektif berlaku mulai 14 Juni 2021 nanti.
Ini artinya perusahaan-perusahaan Wall Street tidak dapat membeli atau menjamin transaksi tersebut.
Larangan tersebut menandai peningkatan sanksi AS terhadap Rusia dan berupaya mempersulit Rusia dalam mencari permodalan lewat surat utang atau obligasi.
“Ini merupakan tembakan peringatan Biden. Ini pernyataan yang sangat kuat,” ujar Win Thin, Kepala Strategi Mata Uang Global di Brown Brothers Harriman.
Akibat pernyataan itu, mata uang Rusia, rubel, anjlok hampir satu persen dan pasar saham Rusia mengalami guncangan.
Diketahui, pada Agustus 2019 lalu, pendahulu Biden, yakni Donald Trump, melarang bank-bank AS berpartisipasi dalam obligasi berdenominasi non-rubel yang diterbitkan Pemerintah Rusia. Trump juga melarang AS meminjamkan dana non-rubel ke Rusia.
Biden melanjutkan komitmen Trump dan memperluas pembatasan tersebut dengan larangan membeli surat utang dalam mata uang rubel, termasuk larangan memberi pinjaman dalam mata uang rubel.
Kepala Praktik Peraturan Bank di Davis Wright Tremaine Kevin Petrasic menegaskan yang paling terpenting adalah bank asing yang berada di AS juga akan terkena sanksi jika melakukan pembelian atau berpartisipasi dalam obligasi Rusia.
“Presiden menandatangani otoritas baru yang luas ini untuk menghadapi perilaku jahat Rusia yang terus berkembang dan terus meningkat,” jelas Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
“Departemen Keuangan memanfaatkan otoritas baru ini untuk membebankan biaya pada Pemerintah Rusia karena perilakunya yang tidak dapat diterima,” terang Yellen melanjutkan.
Thin menilai sanksi AS akan mempersulit Rusia untuk menarik modal asing yang mereka butuhkan.
[Gambas:Video CNN]
(bir)
Source
Comments